Fakultas
Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dalam menghadapi panggung politik
PILPRES BEM, dianggap tidak lagi memilki peran dan sumbangsi yang berarti.
Beberapa tahun terakhir ini saja, MIPA tidak mampu melahirkan kader yang dapat
memangku jabatan tertinggi dalam tataran dunia keorganisasian mahasiswa
tersebut. Namun, jika hari ini ada mahasiswa dari fakultas MIPA yang memilki
integritas, kualitas, dan kapasitas untuk bertarung pada pemilihan presiden BEM,
mengapa tidak untuk didukung
Itulah tanggapan beberapa mahasiswa dalam
konvensi yang dilaksanakan pada hari sabtu, 30 November 2013, yang seharusnya
dimulai pada jam 15.30 tapi dilaksanakan pada jam 16.30 WITA.
Konvensi
yang sempat tertunda sekitar 60 menit karena disebabkan oleh berpindahnya
tempat konvensi dan kehadiran mahasiswa yang lambat, belum juga melahirkan
beberapa kejelasan mengenai kelayakan kader Fakultas MIPA dalam panggung
politik PILPRES di UNG ini.
Setelah
berlangsung sekitar 45 menit, opini mahasiswa mengenai kelayakan
MIPA dalam PILPRES BEM sempat berubah menjadi perdebatan. Betapa tidak, jika
tadi ada mahasiswa yang optimis bahwa MIPA mampu untuk bertarung, maka kali ini
sebaliknya, MIPA dianggap belum mampu untuk bertarung dan berjuang
dalam tataran tinggi tersebut, karena dalam tataran fakultas saja, mahasiswa
MIPA tidaklah memilki rasa kebersamaan. Ketika senat melakukan rapat, pengurus
yang hadir bisa dihitung dengan jari.
Konvensi saat ini pun demikian, mahasiswa
yang hadir tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan. Ada dimana mahasiswa
MIPA ketika dibutuhkan? Bagaimana MIPA mau menang dalam pertarungan, jika
mahasiswanya saja tidak memilki rasa kebersatuan seperti slogan yang sering
didengung-dengukan dengan bangga pada saat ospek “MIPA SATU, SATU MIPA”.
Konvensi
yang diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa FMIPA ini, pada akhirnya ditunda dan
akan dilangsungkan kembali pada hari selasa, 3 Desember 2013.
No comments :
Post a Comment