Showing posts with label AVONTUR. Show all posts
Showing posts with label AVONTUR. Show all posts

Friday, November 11, 2016

MEKAR CINTA

Malam itu Cakra dan teman-temannya baru saja tampil menari dalam sebuah acara amal yang diselenggarakan Forum Komunikasi Osis (FKO) Kendari. Mereka tampilnya di hotel. Sebelum pulang mereka diberi satu amplop putih.

Saturday, October 15, 2016

TERTIPU DI YOGYAKARTA


Puluhan langkah meninggalkan gerbang Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta; langit berlahan berselimut gelap. Padahal,  kami baru saja melakukan pemotretan di bawah langit terang bersama Soekarno dalam ukiran batu di depan fakultas Seni Rupa. Berkah Tuhan dari langit sesaat kemudian bercucuran memberikan hidup dan mungkin juga kematian. Saya dan mantan Ketua Komisariat STMIK ICHSAN Gorontalo terjebak dan bersembunyi bersama batako di balik atap seng. Hujan sesekali menyapa melalui celah bundar bekas paku. Sepatu putih, teman perjalanan dari kost ke Radio Buku, basah dan kotor terkena dampak erosi percik. Dekat dengan sepatu, semangka seharga 8500 yang kami beli tak jauh dari tempat berteduh kulit dan bijinya berserakan.

Tuesday, October 11, 2016

AKU DAN BUKU

Membaca kadang membuat mata terasa letih, ngantuk tak terhindarkan. Selembar tulisan bak pil tidur paling mujarab. Sementara, halaman-halaman berikutnya rindu dijamah tiada terkabul. Peristiwa pilu pernah datang dari guru Fisika MAN 1 Kendari. Sewaktu mahasiswanya, ia giat menghabiskan hari bersama buku, bila sehari saja tidak membaca, pusing pasti melandanya. Dengan enteng seorang peserta didik memberikan tanggapan, “berarti kalau tidak mau pusing jangan membaca dong Pak.” Siswa sok pintar itu adalah Mad Khatulistiwa.

Doktrin membaca buku dan tulisan dalam bentuk apa saja saya, lahir, ketika saya mengikuti perkaderan Kesatuan Pelajar Mahasiswa Muna Indonesia (KEPMMI) di kota Serambi Madinah, Gorontalo. Persisnya lima tahun lalu – di tengah kesibukannya mendidik pelajar SMA 1 Mananggu dan menyusun buku Saya Malu Sebagai Orang Muna – dogma itu tertutur dari seorang kakak diperantauan bernama Aspian Ibranur.

Jauh sebelum doktrin itu terdengar, sejak duduk di bangku sekolah dasar saya sudah menghatam kisah-kisah para nabi, buku tanpa gambar yang tersimpan di lemari kelas. Membaca ketika itu hanyalah untuk menghabiskan waktu bila lelah bermain di halaman sekolah. Saat berseragam putih biru, kebiasaan membaca itu masih ada. Dan bacaan paling menarik adalah petualangan Trio detektif dan komik sewaan teman asrama. Semoga buku itu masih ada di perpustakaan MTS, s PESRI Kendari.

Beranjak ke masa perkuliahan. Saya tercengang, sebab atmosfer kampus sangat berbenturan dengan apa yang ada di alam ide, sebagaimana pemahaman saya selama ini. Kondisi itupun memicu nyali untuk menyampaikan keresahan dengan cara berbeda dari para demonstran. Sejak itu, kegiatan membaca buku beralih membaca realitas dan sedikit demi sedikit mengikatnya dalam tulisan dan menyebarkannya. Tulisan agitatif itu sedikit banyak terinspirasi dari gaya kepenulisan Eko Prasetyo dalam bukunya Penguasa Tipu Rakyat dan Bangkitlah Gerakan Mahasiswa.

Menjelang akhir masa studi strata satu, sepotong kisah dari – buku mungil berjudul ‘Jalan Sunyi Seorang Penulis’ – seorang manusia yang hidup tidak sekadar untuk menulis tetapi juga menulis untuk hidup, berhasil meledakkan semangat untuk istiqomah menyusuri jalan sunyi kepenulisan. Pengalamannya ditolak berpuluh kali ketika mengirim tulisan di media massa hingga membuatnya berkesimpulan bahwa mengirim tulisan untuk ditolak adalah perjalanan inspiratif dan mendapatkan perhatian khusus di hati ini. Meski saya belum pernah sedikitpun ikut pelatihan menulis, berkat bacaan itu, tulisan saya yang jauh dari kata pantas, nekat saja saya kirim ke email Gorontalo Pos. Dari total enam tulisan yang saya kirim secara berkala, dua diantaranya berhasil terbit.

Selasa, 11 Oktober 2016, saya akhirnya tiba di kota pelajar, Yogyakarta. Si inspirator – penulis Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur – itu tidak terlalu jauh untuk dipeluk kehidupannya, perasaan, dan pikirannya. Semoga tanah ini menjadi titik keindahan perjumpaan demi menghimpun kata dalam lembaran yang layak, lebih baik, dan terbaik.


"Tulisan 'Aku dan Buku' ini dibuat sebagai syarat pendaftaran mengikuti Volunteer Batch #4 yang diselenggarakan oleh radiobuku.com. Nantinya, peserta yang lulus akan menjadi relawan dan menyiar. Peserta juga akan dibekali teknik dasar penyiaran radio, mengikuti pelatihan jurnalistik, menulis esai, dan dapat menikmati fasilitas lainnya dari Warung Arsip. Harapan belajar nulis di Radio Buku sepertinya tertunda, karena tulisan di atas belum lulus seleksi. Saya mesti belajar lagi. Semoga masih ada kesempatan. Amin"

Baca Selanjutnya: TERTIPU DI YOGYAKARTA 

Wednesday, September 14, 2016

MENCUMBUI PENGANGGURAN


 “Selamat, anda terdaftrar mengikuti tahap seleksi dari PT. Unilever. Silahkan cek email anda.” Saya hanya bisa berteriak ria dalam hati setelah membacanya. Sms  itu saya terima sekitar pukul 5.30 selasa kemarin. Samsung J1 putihku kembali berdering pukul 11.00, kali ini pesan itu berasal dari PT. Chevron dengan bunyi tulisan serupa dengan sebelumnya. Rejeki tidak pergi kemana. Dalam satu hari ini, namaku terdaftar sebagai calon karyawan pada dua perusahaan. Meskipun terlebih dahulu mengikuti wawancara.

Tuesday, August 16, 2016

LAPAR? PESAN ONLINE AJA

Sudah Kusantap Dengan Bijaksana
“Dilwan, dilwan?” teriak tetangga kamar memanggil namaku.
“iya, kenapa?” sahutku dari dalam kamar.
“nga ba pesan nasi? Napa dia di muka ee.”
“oh, iya” jawabku seraya bergegas.

Wednesday, August 10, 2016

KISAHKU DI GORONTALO

5 tahun sudah berlalu. Kini aku semester sebelas. 31 Agustus mendatang menjadi salah satu peristiwa lumrah bagi seorang mahasiswa, penantian panjang segera berlalu. Akhirnya aku akan Wisuda.

Friday, July 15, 2016

PULANG KAMPUNG

Telah lama tidak berbagi kisah, juni 2016 hanya satu tulisan yang terposting itupun referensinya dari koran lokal. Bingung juga mau nulis apa, kata para ahli jangan menunggu ide untuk menulis, tapi menulislah untuk menemukan ide. Para ahli itu tidak kumengerti pola kehidupan penulisannya. Aku masih menulis entah akan berlabuh ke mana, ide belum jua kutemukan.
Bagaimana kalau curhat?
Oke deh…

Tuesday, December 15, 2015

JATUH CINTA PADA KALKULUS

                                       Sumber: Google.com

Meski air sudah membasuh badan, kantuk kembali merindu kasur. Kuliah jam delapan mengharuskanku melawan kemalasan pagi. Demi Ilmu, semua ritangan aku ladeni. Setiba di kampus, perutku terserang mulas. Angin dingin yang mencengkram perutku semalam berontak minta keluar. Kamar mandi yang berada di belakang sebelah timur dari ruang perkuliahan kusambangi. Pintunya terkunci dari dalam, seseorang tengah menggunakannya. Kucari alternatif. Kaki terus melangkah melewati ruang kamar mandi hendak ke kamar mandi Fakultas. Pada ruangan sebelah, I depan lab. Komputer Matematika nampak seorang mahasiswi tengah menggaruk betis putihnya sembari kakinya diangkat menginjak dudukan kursi panjang. Kecantikannya sirna seiring garukan jemarinya. Tidak ada yang salah dengan menggaruk, hanya lebih baik hal demikian tidak dilakukan di tempat umum. Cantik boleh relatif tapi mulas perutku mutlak adanya.

Thursday, October 23, 2014

Terkuaknya Dosa Dosen

Tok tok tok, “Assalamu ‘alaikum.”
“Wa ‘alaikumsalam, mau apa.” Kata dosen yang kukunjungi malam ini.
“Maf Pak, jika diizinkan saya hendak berdiskusi dengan Bapak.”
Dengan raut wajahnya yang mungkin agak marah karena terganggu, dosenku berucap “mahasiswa apa kamu ini?.”